5 Cara Jadi Pembicara yang Baik, Bukan Sekedar Cuap Cuap
Kamu pernah gak ngalamin disuruh berbicara di hadapan orang banyak?
Kalau belum pernah pasti suatu ketika kamu akan mengalami kejadian
seperti itu. Supaya kamu bisa menjadi seorang pembicara yang baik itu
perlu latihan. Yang paling enak kalau mau latihan jadi pembicara itu sih
di sekolah atau di kampus. Karena kalau ada salah-salah masih
dimaklumin lah. Ya namanya juga masih belajar. Tapi kalau kamunya udah
menginjak usia matang dan dewasa terus kamu masih melakukan kesalahan
ketika berbicara di depan orang banyak, itu
bisa malu-maluin banget.
Makanya sebelum kamu mengalamin hal tersebut, ada baiknya kamu simak
hal-hal yang harus diperhatiin kalau kamu akan berbicara di depan orang
banyak.
Menguasai Materi
Sebelum kamu akan
memberikan pidato, kamu harus punya persiapan. Persiapan dengan latihan
di depan kaca emang penting. Tapi yang lebih penting lagi itu adalah
menguasai bahan dan materi tentang persoalan yang akan kamu sampaikan.
Hal ini berguna jika nanti pada saat kamu menyampaikan suatu hal, trus
ada pertanyaan yang dilontarkan dari penonton secara mendadak, kamu jadi
gak kelagepan njawab kayak maling daleman lagi diinterogasi.
Terus
juga waktu kamu persiapan bahan itu lebih baik kamu lakukan research
sendiri. Jangan njagain informasi dari dongeng temen-temen kamu. Iya
kalau temen-temen kamu itu ngasih info yang bener. Lha kalau ternyata
mereka itu cuma mau ngerjain kamu gimana? Kalau kamu mercayain bahan
materi pidato sama orang lain itu sama aja
kamu maju sidang skripsi,
tapi skripsinya nembak. Kayak misalnya judul skripsi kamu itu "Pengaruh
Sosial Dari Keberadaan Lokalisasi Terhadap Tumbuh Kembang Generasi Muda
Lingkungan Sekitar". Tapi ternyata yang kamu mintain tolong buatin
skripsi itu orangnya males dan isinya cuma copas.
Mengenal Audience
Langkah
kedua ketika kamu sudah menguasai materi pidato itu adalah mengenali
target audience kamu. Kalau target audience kamu itu dari kalangan
terdidik, maka sebisa mungkin kamu cari dan susun kata-katanya biar kamu
juga kelihatan sebagai orang yang berpendidikan. Tapi kalau audience
kamu itu dari kalangan rakyat biasa, ya gak perlu pakai kata-kata yang
rumit-rumitlah. Seperti hegemoni, manifesto, difusi, kontekstual, atau
knowledge. Ya meskipun kalau kamu pakai
kata-kata tingkat tinggi kayak gitu kamu bakalan terlihat lebih pinter,
tapi kemungkinan besar audience kamu yang rakyat biasa itu cuma
plonga-plongo. Maksud dari apa yang kamu bicarakan pun juga gak bakalan
tersampaikan sama target audience kamu. Jadi kamu bicara panjang lebar
itu ya percuma aja. Paling banter kamu cuma dianggap
satu almamater sama Vicky Prasetyo doang.
Fokus Pada Topik
Selanjutnya,
kalau kamu sudah tau latar belakang audience kamu sebaiknya ketika kamu
berpidato itu kamu fokus pada topik permasalahan yang ada. Jadi
misalnya kamu itu sedang berbicara tentang langkah persuasif
penutupan gang Dolly,
ya sampaikan aja langkah-langkah apa yang akan kamu ambil sehingga
penutupan gang Dolly itu dapat diterima dengan baik oleh masyarakat
sekitarnya. Sampaikan juga bahwa kamu juga akan membangun sarana dan
prasarana pengganti yang bisa dijadikan tumpuan ekonomi sama masyarakat
di sana. Jangan malah melebar bahas topik-topik yang lain dan pada
akhirnya malah jadi curhat kalau kamu dulu sebenernya juga merupakan
salah seorang pelanggan di sana. Terus kamu merasa pernah dicurangi
karena sehabis kamu main dan kamu sudah mbayar ternyata gak ada
kembaliannya. Inget kalau selama pidato itu kamu harus terlihat
profesional, kalau mau curhat ntar aja di kolom komen.
Bahasa Tubuh
Ketika
kamu sudah bisa mengendalikan tata bahasa dan menjaga pidatomu agar
tetap dalam topik bahasan, maka selanjutnya yang perlu kamu perhatikan
itu adalah bahasa tubuh. Waktu berpidato itu sebaiknya kamu menatap
audience dan sesekali melakukan kontak mata. Jangan nunduk terus ketika
kamu sedang menyampaikan pembicaraan kamu, karena itu bisa diartikan
kamu orangnya gak percaya diri. Lha kalau kamu aja gak percaya sama diri
kamu sendiri, gimana orang mau percaya sama kamu. Tapi ya gak usah
ndongak terus juga. Nanti kesan yang ditimbulkan itu
kamu adalah orang yang sombong.
Kamu bisa mengimbangi gerakan itu dengan sekali-sekali nunduk dan
sekali-sekali ndongak. Supaya orang mendapatkan kesan bahwa kamu itu
orangnya luwes, bisa low profile tanpa kehilangan kepercayaan diri kamu
gitu. Tapi jangan keseringan juga melakukan gerakan nunduk-ndongak itu,
nanti kamu dikira boneka pajangan dashboard mobil.
Oh iya, bahasa
tubuh itu juga melingkupi pemberian jeda kalimat, intonasi, dan
penekanan kata. Jadi kalau kamu memberikan pidato itu ya harus ada jeda
dan pemenggalan kalimat yang pas. Jangan merepet mulu kayak lagi nawar
cabe-cabean di pasar. Terus intonasi kamu juga harus jelas. Makanya
kalau lagi pidato itu lidahnya jangan males. Wong MBDC aja tau pas kamu
sama pacar kamu lidah kamu itu hiperaktif banget. Disamping itu
penekanan kata juga harus tepat. Hal ini dimaksudkan supaya maksud dari
kalimat yang kamu sampaikan itu dapat diterima dengan benar. Jangan
memberikan penekanan berlebih terhadap kata
dipakai, dimasukkan, memasukkan, dan dikeluarkan. Karena nanti bisa-bisa kamu malah
dianggap hentai, terus kena blokir.
Interaksi
Setelah
poin-poin sebelumnya udah bisa kamu lakukan dengan benar, maka yang
terakhir itu kamu harus bisa menjadikan pidato kamu sebagai hal yang
interaktif. Jadi yang sedang nonton kamu pidato itu gak merasa sedang
ngedengerin dvd bajakan. Berikan ruang kepada audience untuk memberikan
reaksi dan apresiasi terhadap pidato kamu. Ingat hukum Newton yang
keempat, bahwa setiap aksi akan menimbulkan reaksi sehingga terciptalah
lubrikasi.
Ya misalnya aja kamu ngerasa artikel MBDC ini telat
karena kamu udah pernah salah ketika menjadi seorang pembicara, gak
apa-apalah. Namanya juga baru belajar. Iya nggak. Lagian orang lain
pasti maklum kok. Kan kamu bisa coba lagi dilain waktu dan kesempatan.
Itupun kalau masih ada kesempatan.
Sumber :
MBDC